senja ini, ketika matahari turun kedalam jurang-jurangmu
aku datang kembali kedalam ribaanmu
dalam sepimu dan dalam dinginmu
walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
dan aku terima kau dalam keberadaanmu
seperti kau terima daku
aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi
sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
hutanmu adalah misteri segala
cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta
malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi
kau datang kembali
dan bicara padaku tentang kehampaan semua
“hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya
tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar
terimalah dan hadapilah"
dan antara ransel-ransel kosong dan api unggun yang membara
aku terima ini semua
melampaui batas-batas hutanmu, melampaui batas-batas jurangmu
aku cinta padamu Pangrango
karena aku cinta pada keberanian hidup
Jakarta 19-7-1966
Minggu, 13 Juni 2010
Jumat, 11 Juni 2010
hope |1
::
kanvas itu
untuk melukis kamu dalam khayalku
namun aku kehilangan dia dan kuasnya
merah itu
untuk mewarnai dinding kehidupanmu
dengan cintaku namun
aku tidak menemukannya
hei hei
disini hanya ada hitam
sedikit biru
dan
ah itu ada merah
tapi bersembunyi kan?
makanya aku butuh dia untuk mewarnai
tapi diantara itu semua terlihat
senyummu
::
ketika sedang menulis ini
- Giring Nidji berteriak, "Mana janji manismu?"
- Faris bercerita, "Kak, aku bisa masukin bola ini ke ring tanpa melihat. Keren, kan?"
- Telepon berdering. Orang di seberang berkata, "Ini Jaenudin Bulipitin, ada ibunya?"
- Santa Monica dengan Ribbons and Tie-nya menghibur
- Mama menawariku risol sambil berkata, "Kakak bau. Mandi gih."
- Mama menawariku risol sambil berkata, "Kakak bau. Mandi gih."
setelah menulis ini
aku akan mengambil handuk, berharap Dika sudah pulang dan berkata,
"Kamu ada di blog dan notes aku"
Langganan:
Postingan (Atom)