Minggu, 13 Juni 2010

Mandalawangi Pangrango || Soe Hoek Gie

senja ini, ketika matahari turun kedalam jurang-jurangmu
aku datang kembali
kedalam ribaanmu
dalam sepimu dan dalam dinginmu


walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna

aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan

dan aku terima kau dalam keberadaanmu

seperti kau terima daku


aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi

sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada

hutanmu adalah misteri segala

cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta


malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi

kau datang kembali

dan bicara padaku tentang kehampaan semua


“hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya

tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar

terimalah dan hadapilah"


dan antara ransel-ransel kosong dan api unggun yang membara

aku terima ini semua

melampaui batas-batas hutanmu, melampaui batas-batas jurangmu


aku cinta padamu Pangrango

karena aku cinta pada keberanian hidup


Jakarta 19-7-1966

Jumat, 11 Juni 2010

hope |1



::

kanvas itu
untuk melukis kamu dalam khayalku
namun aku kehilangan dia dan kuasnya
merah itu
untuk mewarnai dinding kehidupanmu
dengan cintaku namun
aku tidak menemukannya

hei hei
disini hanya ada hitam
sedikit biru
dan
ah itu ada merah
tapi bersembunyi kan?
makanya aku butuh dia untuk mewarnai
tapi diantara itu semua terlihat
senyummu

::

ketika sedang menulis ini
- Giring Nidji berteriak, "Mana janji manismu?"
- Faris bercerita, "Kak, aku bisa masukin bola ini ke ring tanpa melihat. Keren, kan?"
- Telepon berdering. Orang di seberang berkata, "Ini Jaenudin Bulipitin, ada ibunya?"
- Santa Monica dengan Ribbons and Tie-nya menghibur
- Mama menawariku risol sambil berkata, "Kakak bau. Mandi gih."

setelah menulis ini
aku akan mengambil handuk, berharap Dika sudah pulang dan berkata,
"Kamu ada di blog dan notes aku"